Makhrijal Huruf


MAKHRIJAL HURUF


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan agama


Dosen Pengampu: Suhendri, S.Pd.I.M.Pd


 
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis haturkan kehadirat Ilahi Rabbi yang atas limpahan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah TAJUWID dengan tema “Defenisi Makharijul Huruf.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan keharibaan Nabi besar Muhammad SAW. karena berkat beliaulah sehingga pada saat ini dapat merasakan indahnya Islam dan nikmatnya Iman.
Tak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Suhendri, S.Pd.I, M.Pd Selaku dosen pengajar yang telah memberikan arahan yang begitu berarti bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Juga kepada teman-teman yang telah membantu secara langsung atau tidak langsung dari pengumpulan bahan hingga penyelesaian.
Tak ada gading yang tak retak, penulisan sadari dalam penulisan ini tak akan pernah lepas dari kesalahan dan kekurangan, maka untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan koreksi dari bapak dosen ataupun dari teman-teman agar penulis dapat dapat lebih baik pada masa akan datang.
Bangkinang,  oktober 2017

Penulis





DAFTAR PUSTAKA

Latar Belakang………………………………………………………………………
Daftar Isi…………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Makhrijal Huruf……………………………………………………...
B. Tempat keluar huruf ( makhraj )…………………………………………………
C. Tanda Baca……………………………………………………………………….
D. Tanda Wakaf ( berhenti )………………………………………………………...
E. Hukum Bacaan…………………………………………………………………...
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebelum kita masuk pada pokok pembahsan kita, lebih biak kita ketahui bahwa tajuwid adalah suatu bahan yang sangat berguna bagi kita ketika membaca al-quran, apalagi yang berkenaan dengan bagaimana cara menyebut huruf  yang tepat atau dengan benar. Jadi untuk itu perlu kita pelajari dan kita ketahui bersama tempa-tempat keluarnya huruf dan sifat-sifatnya. Yang selaanjutnya dipakai sebagai bahan latihan secara individu dengan terus menerus, agar dapat tepat sesuai dengan kaidah kaidah pengucapan huruf yang benar.[1]
Ilmu  tajwid  adalah ilmu  yang mengajarkan cara bagaimana seharusnya  membunyikan atau membaca  ghuruf huruf hijaiyah ang baik  tajwid diadan sempurna .baik ketika sendirian maupun bertemu dengan huruf lain.  Tajwid  adalah membetulkan dan membaguskan bunyi bacaan al qur’an menurut aturan aturan hukumnya  yang tertentu. Aturan-aturan itu diantara lain yaitu mengenai:
1. Hukum bacaan (cara-cara membaca)
2. Makharijul huruf (tempat-tempat keluar huruf)
3. Shifatil huruf (sifat-sifat huruf )
4. Ahkamul huruf (hukum yang tertentu bagi tiap tiap huruf )
5. Mad (ukuran bagi panjang atau pendeknya sesuatu bacaan  )
6. Ahkamul waqauf (hukum hukum bagi penentuan berhenti  atau tersnya suatu bacaan)
Dari berbagai aturan-aturan yang telah disebutkan diatas maka pada kesempatan kali ini pemakala akan membahas mengenai Makharijul huruf (tempat-tempat keluar huruf).[2]
B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian makhrijal huruf ?
2.      Dimana saja tempat keluar huruf ?
3.      Apa saja tanda baca ?
4.      Apa saja tanda wakaf ?
5.      Bagaimana dengan hokum bacaan ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Supaya kita menjadi lebih baik ketika membaca al-quran
2.      Supaya membaca al-quran dengan benar dan tepat
3.      Supaya kita membaca al-quran lebih bagus
4.      Supaya mengetahui makhrijal huruf[3]


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian makhrijal huruf
Makhorijul huruf adalah merupakan tempat keluarnya huruf dalam melafalkan huruf al-Qur’an. Pengertian makhraj dari segi bahasa adalah tempat keluar. Sedangkan dari segi istilah makhraj diartikan tempat keluarnya huruf. Mengetahui tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyyah adalah sangat penting karena hal ini menjadi dasar dalam melafadzkan huruf hijaiyyah secara benar.[4]

B.     Tempat keluar huruf ( makhraj )
Yang dimaksud dengan makhraj adalah tempat asal keluarnya sebuah huruf dari huruf-huruf hujaiyah. Dimana dalam membaca al-Qur’an makhorijul Qur’an harus diketahui dan benar-benar dipahami dalam rangka untuk menciptakan bacaan al-Qur’an yang baik dan benar.[5]
makhrijul huruf adalah  menyebutkan atau membunyikan huruf huruf  yang ada dalam al qur’an .Yang mana banyak semuanya berjumlah 19 buah, terbagi kedalam 5 Mawadhi’.Maka yang dikatakan dengan Mawadhi ialah tempat letaknya makharaj-makharaj .
           
1.   Maudhi’ Jauf      (مو ضع ا جو ف )
Artinya tempat makhraj yang terletak di rongga mulut .jauf artinya rongga.Mengandung satu makhraj, yang dinamakan juga dengan Makhraj-Jauf.Makhraj al-jauf (rongga mulut ) adalah tempat keluarnya huruf mad  artinya huruf-huruf panjang. yang banyaknya adalah 3.
a.       Alif(  ا) mati  yang sebelumnya berbaris fatah
b.      Waw(  و )mati yang sebelumnya berbaris   di depan
Contoh :
قو موا         كو نوا          قا لو       تصو مو ن                                                           
c.       Yaa mati (ي) sebelumnya  berbaris dibawah (kasrah)[6]
Contoh :                     اَ لَّذ ِيْ             
2.      Maudhi’ Halq          (مو ضع ا لحلق )
Artinya tempat makhraj yang terletak di rekungan. halq artinya rekungan. Huruf hurufnya yaitu  :
خ  غ ح ع ه ء                                   
Maudi’halq mengandung tiga makhraj, yang dinamakan dengan:
a.    Aqshal-Halq  artinya pangkal rengkungan
Makhraj aqshal halq (pangkal rekungan ) adalah tepat keluarnya           2  macam huruf  yaitu Hamzah  dan Ha  besar
Misalnya :
ا نهم    ا كلها   هدا                                  
b.    Washthal-Halq artinya pertengahan rengkungan adalah tempat keluarnya dua macam huruf pula  yaitu “Ain dan Ha 
Misalnya :
 عنهم               محيطا   محشر                   
           عَلَقٍ              عَلَّمَ                يَعْلَم
c.    Adnal-Halq artinya ujung Rekungan. Adalah tempat keluarnya dua macam huruf juga  yaitu ghain dan kha
Misalnya:
                               غير هم    من غل    ا خبا ر      خَلَقَ           [7]
          3.      Maudhi’ lisan ( مو ضع اللسا ن )
Artinya tempat makhraj yang terletak di lidah lisan artinya lidah. Mengandung 10 MAKHRAJ, yang dinamakan dengan:
a.    Pangkal lidah dengan langit-langit adalah tempat keluarnya satu huruf  yaitu Qaf                  (ق)    
Misal:
قا تل        مقربو ن         متقين  
ا قر         خلق                   
b.    Dimuka pangal lidah dengan langit-langit sedikit adalah tempat       keluarnya satu huruf yaitu Kaf (ك)
              Misal :
        ر بك               الا كر م      
ايا ك        لكم         ا كبر          
c.       Ditengah lidah dengan lngit-langit adalah keluar dari pada tiga huruf yaitu:   Jim, Syim, dan Yaa
Misal :
                          ج       :       جها  ر            جاهد
                                ش   :     من الشيطان        شقا وة 
                               ي             :      ا يا ي     يايه               
d.      Tepi lidah dengan geraham kiri atau kanan adalah keluar dari padanya satu huruf yaitu:   Dhad      (ض)
Misal :
ضرا ر                             
e.    Kepala lidah adalah keluar daripadanya satu huruf yaitu Lam (.ل.)
Misal:                                                 
لاا له الاالله                              
f.  Dimuka kepala lidah sedikit .Keluar daripadanya satu huruf yaitu        Nun (ن)
Misal  :
ا نا        منهم                                       
g.    Didekat makhraj (Nun) adalah keluar daripadanya satu huruf    yaitu: RA (ر.)
Misal:
ر جا ل              
h.      Ujung lidah dengan urat gigi yang diatas adalah keluar daripada tiga huruf Ta, Dal dan Tha
Misal :
ت :  تكو   ن   متقو ن
                      ر شد ا             :    د  
ط:    طا لوت   طو  ب
i.      Ujung lidah dengan papan rat gigi yang diatas adalah keluar daripadanya tiga huruf Zai, Sin, dan Shad
Contoh :                                       
                  ز بو را     ر زا        :   ز
                                   با سم  سو ا ه   اسحق   :      س   
صر اط   صو را                         : ص                     
j.      Ujung lidah dengan ujung gigi yang diatas adalah keluar dari tiga huruf yaitu: Tsa, Dzal dan Zha
Contoh :
         ثل ثة       ثقيلة
   ذ ليل        ذ را ع    
   ظا لمون       الا ظله                  [8]
4.      Maudhi ’Syafatain ( مو ضع الشفتين )
Artinya tempat makhraj ag terletak di dua bibir  syafatain artinya dua bibir. Mengandung 4 (empat) makhraj yang dinamakan dengan:
a.       Dua perut lidah sebelah keluar
Keluar dari padanya satu huruf, yaitu : Mim (    م)
contohnya:
مما ملكت       من مثله 
عَلَّمَ  بِا لْقَلَمْ
مَا لَمْ  يَعْلَمْ
b.     Dua perut  bibir sebelah kedalam, keluar dari padanya satu (1) huruf yaitu Ba (ب)
contohnya :
رَ بِّكَ           
        با ب        ا بو ا ب
c.       Perut bibir yang dibawah dengan ujung gigi yang diatas  .keluar padanya satu  huruf yaitu fa (ف)
contohnya :
            فَاا فْعَلُوْا                            كَا ِفرُ وْ ن                        فتر ضى
            فاا فعلوا     كفا ية                    
d.      Antara dua  bibir . keluar padanya satu huruf  yaitu  Waw (و) , yang tidak huruf  mad
Contohnya :
          وَوَا عَدْ نَا     وَ رَ بُّكَ               و و فيت 
           ووا عد نا         لو ا م           [9]
5.       Maudhi’ Khaisyum ( مو ضع ا لخيشو م )
 makhraj yang terletak dipangkal hidung khaisum artinya pangkal hidung. Keluar dari padanya  segala bunyi  dengung (ghunnah)
Misalnya pada waktu huruf nun dan mim ketika bertasydid  atau ketika ikhfa  .Al Khaisyum ( pangkal hidung ) yang sebenarnya bukanlah tempat keluar  huruf ,hanya karena dengung itu ada  hubungannnya dengan huruf .maka ia disebut juga makhraj . hars diketahui bahwa  yang sesungguhnya semua huruf  tidak boleh dikeluarkan melalui hidung .
Contohnya : 
اَ مَّا   لَمَّا   اَ نَّا
مِنْ بَيْنَهُمْ
اُ مْ بِئُهُمْ                   [10]
C.    Tanda Baca

Harakat digunakan untuk mempermudah cara melapazkan huruf dalam tiap ayat Al Quran bagi seseorang yang baru belajar dan memahami atau mengenal tanda baca dalam membaca dan melapazkan alquran.
 Macam-macam tanda baca lainnya atau macam harakat, diantaranya adalah :
1.      Fathah
Fathah (فتحة) adalah harakat yang berbentuk seperti garis horizontal kecil atau tanda petik ( ٰ ) yang berada di atas suatu huruf Arab yang melambangkan fonem (a). Secara harfiah, fathah itu sendiri berarti membuka, layaknya membuka mulut saat mengucapkan fonem (a). Ketika suatu huruf diberi harakat fathah, maka huruf tersebut akan berbunyi (-a), contonya huruf lam (ل ) diberi harakat fathah menjadi “la” (لَ ). Cara melafazkannya ujung lidah menempel pada dinding mulut. [11]
2.      . Alif Khanjariah
Tanda huruf ALif Khanjariah sama halnya dengan Fathah, yang juga ditulis layaknya garis vertikal seperti huruf alif kecil ( ٰ ) yang diletakkan diatas atau disamping kiri suatu huruf Arab, yang disebut dengan mad fathah atau alif khanjariah yang melambangkan fonem (a) yang dibaca agak panjang. Sebuah huruf berharakat fathah jika diikuti oleh Alif (ا) juga melambangkan fonem (-a) yang dibaca panjang. Contohnya pada kata “laa” (لاَ) dibaca dua harakat.[12]
3.      Kasrah
Kasrah (كسرة) adalah harakat yang membentuk layaknya garis horizontal kecil ( ِ ) tanda baca yang diletakkan di bawah suatu huruf arab, harakat kasrah melambangkan fonem (i). Secara harfiah, kasrah bermakna melanggar. Ketika suatu huruf diberi harakat kasrah, maka huruf tersebut akan berbunyi (-i), contonya huruf lam (ل) diberi harakat kasrah menjadi (li) (لِ).
Sebuah huruf yang berharakat kasrah jika bertemu dengan huruf “ya” (ي ) maka akan melambangkan fonem (-i) yang dibaca panjang. Contohnya pada kata ” lii ” ( لي) dibaca 2 harakat.[13]
4.      Dammah
Dammah (ضمة) adalah harakat yang berbentuk layaknya huruf ” waw “( wau) (و) kecil yang diletakkan di atas suatu huruf arab ( ُ ), harakat dammah melambangkan fonem (u). Ketika suatu huruf diberi harakat dammah, maka huruf tersebut akan berbunyi (-u), contonya huruf ” lam ” (ل) diberi harakat dammah menjadi (lu) (لُ).
Sebuah huruf yang berharakat dammah jika bertemu dengan huruf  “waw” (و ) maka akan melambangkan fonem (-u) yang dibaca panjang. Contohnya pada kata (luu) (لـُو).[14]
5.      Sukun ( hara’kat )
Sukun (سکون) adalah harakat yang berbentuk bulat layaknya huruf  “ha” (ه) yang ditulis di atas suatu huruf Arab. Tanda bacanya bila ditulis seperti huruf (o) kecil yang bentuknya agak sedikit pipih. Harakat sukun melambangkan fonem konsonan atau huruf mati dari suatu huruf, misalkan pada kata “mad” (مـَدْ) yang terdiri dari huruf mim yang berharakat sehingga menghasilkan bunyi fathah (مَ) dibaca “ma”, dan diikuti dengan huruf “dal” (دْ) yang berharakat sukun yang menghasilkan konsonan atau bunyi (d) sehingga dibaca menjadi “mad” (مـَدْ).
Harakat sukun juga misa menghasilkan bunyi diftong, seperti (au) dan (ai), cotohnya pada kata (نـَوْمُ) yang berbunyi (naum)u)) yang berarti tidur, dan juga pada kata (لَـيْن) yang berbunyi (lain) yang berati lain atau berbeda.[15]
6.      Tasydid
Tasydid ( تشديد) atau yang disebut syaddah ( شدة) adalah harakat yang bentuk hurufnya (w) yang diberi atau seperti kepala dari huruf  “sin” (س) yang diletakkan di atas huruf arab (ّ ) yang letaknya diatas suatu huruf Arab. Harakat tasydid melambangkan penekanan pada suatu konsonan yang dituliskan dengan simbol konsonan ganda, sebagai contoh pada kata ( شـَـدَّةٌ) yang berbunyi (syaddah) yang terdiri dari huruf syin yang berharakat fathah (ش) yang kemudian dibaca (sya), diikuti dengan huruf  “dal “yang berharakat tasydid fathah ( دَّ) yang menghasilkan bunyi (dda), diikuti pula dengan ta marbuta ( ةٌ) di akhir kata yang menghasilkan bunyi (h), sehingga menjadi (syaddah).[16]
7.      Tanwin
Tanwin (bahasa Arab: التنوين, “at tanwiin”) adalah tanda baca (diakritik) harakat pada tulisan Arab untuk menyatakan bahwa huruf pada akhir kata tersebut diucapkan layaknya bertemu dengan huruf nun mati.[17]
8.      Wasal
 Wasal (bahasa Arab: وصلة, dibaca: washlat) adalah tanda baca atau diakritik yang dituliskan pada huruf Arab yang biasa dituliskan di atas huruf alif atau yang disebut juga dengan Alif wasal. Secara ilmu tajwid, wasal berarti meneruskan tanpa mewaqafkan atau menghentikan bacaan.
Harakat wasal selalu berada di permulaan kata dan tidak dilafazkan apabila berada di tengah-tengah kalimat, namun akan berbunyi layaknya huruf hamzah apabila dibaca di awal kalimat.
Contoh alif wasal:
                                                                                                i.      ٱهدنا ٱلصرط
“ihdinas shiraat”
Bacaan tersebut memiliki dua alif wasal, yang pertama pada lafaz “ihdinaa” dan “as shiraat” yang manakala kedua lafaz tersebut diwasalkan atau dirangkaikan dalam pembacaannya maka akan dibaca “ihdinas shiraat” dengan menghilangkan pembacaan alif wasal pada kata “as shiraat”.
Lihat contoh berikut dibawah ini :
                                                                                              ii.      نستعين ٱهدنا ٱلصرط
“nasta’iinuh dinas shiraat”
Bacaan di atas terdiri dari kata “nasta’iin”, “ihdinaa dan as shiraat”, dengan mewasalkan lafaz “ihdina” dengan lafaz sebelumnya, sehingga menghasilkan lafaz “nasta’iinuh dinaa”, dengan mewasalkan lafaz “as shiraat” dengan lafaz sebelumnya, maka akan menghasilkan lafaz “nasta’iinuh dinas shiraat”.
Alif wasal lebih sering dijumpai bersamaan dengan huruf lam atau yang disebut juga dengan alif lam makrifah pada lafaz dalam bahasa Arab yang mengacu kepada kata yang bersifat isim atau nama.
Contoh alif wasal dalam alif lam makrifah:
                                                                                            iii.      ٱلصرط
“as shiraat”
ٱلبقرة
“al baqarah”
ٱلإنسان
“al insaan”            [18]
                                                                                            iv.       
9.      Waqaf
Waqaf dari sudut bahasa artinya berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Waqaf dibagi menjadi 4 jenis, diantaranya :
ﺗﺂﻡّ (taamm) – waqaf sempurna – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak mempengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya.
ﻛﺎﻒ (kaaf) – waqaf memadai – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat tersebut masih berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya.
ﺣﺴﻦ (Hasan) – waqaf baik – yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi makna atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya.
ﻗﺒﻴﺢ (Qabiih) – waqaf buruk – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari karena bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang lain.[19]

D.    Tanda Wakaf ( berhenti )
Waqaf artinya berhenti di suatu kata ketika membaca Al-Qur'an, baik di akhir ayat maupun ditengah ayat yang disertai nafas. Sedangkan berhenti dengan tanpa nafas disebut saktah.
Berhenti ketika melakukan tilawah Al-Qur'an memerlukan pengetahuan yang khusus, agar tilawah terdengar bagus.  Ali bin Abu Thalib ra. menafsirkan kata-kata At-Tartil dalam surat Al Muzzammil ayat 4 dengan :  أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا 
"Membaguskannya dan mengetahui tempat-tempat perberhentian yang tepat."
Untuk mengetahui tempat-tempat berhenti yang tepat diperlukan pemahaman terhadap ayat-ayat yang dibaca, sehingga setiap pemberhentian memberi kesan arti yang sempurna. Oleh karena itu, bagi mereka yang sudah memahami Al-Qur'an dengan baik, maka dirinya dapat menentukan pemberhentian yang tepat walaupun tanpa terikat dengan tanda-tanda waqaf.[20]
1.      Tanda mim( مـ ) 
Tanda mim disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya.
Contoh ; An-Naml: 36

 إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ ۘ  وَالْمَوْتَىٰ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
" Hanya mereka yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati (hatinya), akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nya-lah mereka dikembalikan".[21]
2.      Tanda Laa ( ) bermaksud "Jangan berhenti!". 
Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung mahupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak. 
Contoh : An-Naml: 63

 الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ ۙ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ 

"(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun´alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan".[22]
3.      Tanda sad-lam-ya‘ ( ﺻﻠﮯ )
Tanda sad-lam-ya‘ merupakan singkatan dari "Al-wasl Awlaa" yang bermakna "wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik", maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya adalah lebih baik. 
Contoh:An-Naml: 17

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ        
"Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu."[23]
4.      Tanda jim ( ) 
Tanda jim adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga untuk tidak berhenti. 
Contoh: Al-Anfal: 13


 ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ شَاقُّوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ وَمَنْ يُشَاقِقِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

"(Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya."[24]
5.      Tanda Waqaf Aula (قل )
Tanda waqaf  Aula  yaitu anda waqaf yang menunjukkan lebih bagus berhenti walaupun nafas masih kuat.
Contoh : Fussilat : 45


 وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ فَاخْتُلِفَ فِيهِ ۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۚ وَإِنَّهُمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ

"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat lalu diperselisihkan tentang Taurat itu. Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Rabb-mu, tentulah orang-orang kafir itu sudah dibinasakan. Dan Sesungguhnya mereka terhadap Al Quran benar-benar dalam keragu-raguan yang membingungkan."[25]
6.      tanda bertitik tiga (.'.    .'.~Mu'anaqah) 
bertitik tiga yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta'anuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.
Contoh Al-Baqorah: 2

                                           ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ      [26]
7.      . Tanda tho ( )
Tanda tho adalah tanda Waqaf Mutlaq yaitu boleh berhenti dan boleh terus, tapi lebih baik berhenti.  Contoh :
            [27]          Å7Î=»tB ÏQöqtƒ ÉúïÏe$!$# ÇÍÈ
8.      Tanda wakaf mustahab (قف)
Tanda wakaf mustahab berhenti lebih utama, tapi terus/washol juga boleh.  [28]
9.      Tanda Waqaf Mujawwaz (ز )
Tanda wakaf mujawwaz yaitu  tanda boleh berhenti, namun meneruskan bacaan adalah lebih utama.[29]
10.  Tanda sad ( )
disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad.[30]
11.  Tanda qaf ( )
merupakan singkatan dari "Qeela alayhil waqf" yang bermakna "telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya", maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwaqafkan.[31]
12.  Tanda sin ( س ) atau tanda Saktah ( ﺳﮑﺘﻪ )
menandakan berhenti seketika tanpa mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan bacaan. [32]
13.  Tanda sad ( ) 
disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad.[33]
E.     Hukum Bacaan
1.      Hukum Bacaan Nun Mati/ Tanwin

Nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) jika bertemu dengan huruf-huruf hijaiyyah,hukum bacaannya ada 5 macam, yaitu:

a)      Izhar  (إظهار)
Izhar artinya jelas atau terang. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ)bertemu dengan salah satu huruf halqi (ا ح خ ع غ ه ), maka dibacanya jelas/terang.[34]
b)      Idgham  (إدغام)
Idgham Bighunnah (dilebur dengan disertai dengung)
Yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) kedalam huruf sesudahnya dengan disertai (ber)dengung, jika bertemu dengan salah satu huruf yang empat, yaitu: ن م و يIdgham Bilaghunnah (dilebur tanpa dengung)
Yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) kedalam huruf sesudahnya tanpa disertai dengung, jika bertemu dengan huruf lam atau ra (ر، ل)
c)      Iqlab  (إقلاب)

Iqlab artinya menukar atau mengganti. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) bertemu dengan huruf ba (ب), maka cara membacanya dengan menyuarakan /merubah bunyi نْ menjadi suara mim (مْ), dengan merapatkan dua bibir serta mendengung.

d)     Ikhfa  (إخفاء)

Ikhfa artinya menyamarkan atau tidak jelas. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ /نْ) bertemu dengan salah satu huruf ikhfa yang 15 (ت ث ج د ذ س ش ص ض ط ظ ف ق ك ), maka dibacanya samar-samar, antara jelas dan tidak (antara izhar dan idgham) dengan mendengung.[35]

2.      Hukum Bacaan Mim Mati
Mim mati (مْ) bila bertemu dengan huruf hijaiyyah, hukumnya ada tiga, yaitu:ikhfa syafawi, idgham mim, dan izhar syafawi.
a.       Ikhfa Syafawi  (إخفاء سفوى)
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan ba (ب), maka cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan didengungkan.

b.      Idgham Mimi  ( إدغام ميمى)
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan mim (مْ), maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung.Idgham mimi disebut juga idgham mislain atau mutamasilain.
c.       Izhar Syafawi  (إظهار سفوى)
Apabila mim mati  (مْ)  bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim (مْ) dan ba (ب), maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup[36]
3. Pengertian Qalqalah
Menurut bahasa qalqalah artinya gerak, sedangkan menurut istilah qalqalah adalah bunyi huruf yang memantul bila ia mati atau dimatikan, atau suara membalik dengan bunyi rangkap. Adapun huruf qalqalah terdiri atas lima huruf, yaitu : ق , ط , ب , ج , د agar mudah dihafal dirangkai menjadi قُطْبُ جَدٍ [37]
Macam-macam Qalqalah
a. Qalqalah kubra (besar) yaitu Huruf Qalqalah yang berbaris hidup, dimatikan karena waqaf. inilah Qalqalah yang paling utama, cara membacanya dikeraskan qalqalahnya.
Contoh : مَا خَلَقَ . أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ . زَوْجٍ بَهِيْجٍ .
b. Qalqalah Sugra (kecil) yaitu Huruf Qalqalah yang berbaris mati, tetapi tidak waqaf padanya,caranya membacanya kurang dikeraskan Qalqalahnya.
Contoh :   يَقْطَعُوْنَ     إِلاَّ إِبْلِيْسَ    وَمَا أَدْرَاكَ    [38]
3.      Hukum membaca Ra

hukum bacaan Ra terbagi menjadi tiga,yaitu:
a. Ra dibaca Tafkhim artinya tebal, apabila keadaannya sbb:
1. Ra berharkat fathahاَلرَّسُوْلَ
2. Ra berharkat dhummahرُحَمَاءِ
3. Ra diwakafkan sebelumnya huruf yang berharkat fathah atau Dhummahيَنْصُرُ- َاْلاَبْتَرُ
4. Ra sukun sebelumnya huruf yang berbaris fathah atau dhummahتُرْجَعُوْنَ- يَرْحَمٌ
5. Ra sukun karena wakaf sebelumnya terdapat alif atau wau yang matiاَلْغَفُوْرُ-اَلْجَبَّارُ
6. Bila ra terletak sesudah Hamzah Washalاُرْكُضْ- اِرْحَمْنَا
Catatan:Hamzah Washal adalah Hamzah yang apabila terletak dia diawal dibaca, tetapi kalau ada yang mendahuluinya dia tidak dibaca [39]

b. Ra dibaca tarqiq (tipis) apabila keadaannya sebagai berikut:
Ra dibaca Tarkik bila:
1.Ra berharkat kasrah  رِحْلَةَ الشّتَاءِ _ تَجْرِيْ
2. Ra sukun sebelumnya huruf berharkat kasrah dan sesudahnya bukanlah huruf Ist’la’فِرْعَوْنَ – مِرْيَةٌ
3. Ra sukun sebelumnya huruf yan berharkat kasrah dan sesudahnya huruf Ist’la’ dalam kata yang terpisah.  فَصْبِرْصَبْرًا
4. Ra sukun karena wakaf, sebelumnya huruf berharkat kasrah atau ya sukun.
جَمِيْعٌ مُنْتَصِرٌ – يَوْمَئِذِ لَخَبِيْرٌ
5. Ra sukun karena wakaf sebelumnya bukan huruf huruf Isti’la’dan sebelumnya didahului oleh huruf yang berbaris kasrah.ذِيْ الذِّكْر
Catata:huruf Isti’lak ialah melafalkan huruf dengan mengangkat pangkal lidah kelangit-langit yang mengakibatkan hurfnya besar ق ص ض ظ ط غ خ    [40]
d.      Ra boleh dibaca tafkhim atau tarqiq:

Ra dibaca tarkik dan tafkhim bila:
1. Ra sukun sebelumnya berharkat kasrah dan sesudahnya huruf Isti’la’ berharkat kasrah atau Kasratain.مِنْ عِرْضِهِ – بِحِرْص
2. Ra sukun karena wakaf, sebelumnya huruf Isti’la’ yang berbaris mati, yang diawali dengan huruf yang berharkat kasrah.الْقِطْرِ – مِصْرِ  [41]
5. Hukum Bacaan Maad
Arti dari mad adalah memanjangkan suara suatu bacaan. Huruf mad ada tiga yaitu : ا  و ي
Jenis mad terbagi 2 macam, yaitu :
1. Mad Ashli / mad thobi’i
Mad Ashli / mad thobi’I terjadi apabila :
– huruf berbaris fathah bertemu dengan alif
– huruf berbaris kasroh bertemu dengan ya mati
– huruf berbaris dhommah bertemu dengan wawu mati
Panjangnya adalah 1 alif atau dua harokat.
contoh :
      [42]
2. Mad far’i
Adapun jenis mad far’i ini terdiri dari 13 macam, yaitu :
1) Mad Wajib Muttashil
Yaitu setiap mad thobi’i bertemu dengan hamzah dalam satu kata. Panjangnya adalah 5 harokat atau 2,5 alif. (harokat = ketukan/panjang setiap suara)
Contoh :
   [43]
2) Mad Jaiz Munfashil
Yaitu setiap mad thobi’i bertemu dengan hamzah dalam kata yang berbeda.
Panjangnya adalah 2, 4, atau 6 harokat (1, 2, atau 3 alif).
Contoh :
     [44]

3) Mad Aridh Lisukuun
Yaitu setiap mad thobi’i bertemu dengan huruf hidup dalam satu kalimat dan dibaca waqof (berhenti).
Panjangnya adalah 2, 4, atau 6 harokat (1, 2, atau 3 alif).  Apabila tidak dibaca waqof, maka hukumnya kembali seperti mad thobi’i.
Contoh :
 


4) Mad Badal
Yaitu mad pengganti huruf hamzah di awal kata. Lambang mad madal ini biasanya berupa tanda baris atau kasroh tegak .
Panjangnya adalah 2 harokat (1 alif)
Contoh :
[45]
5) Mad ‘Iwad
Yaitu mad yang terjai apabila pada akhir kalimat terdapat huruf yang berbaris fathatain dan dibaca waqof.
Panjangnya 2 harokat (1 alif).
Contoh :
  [46]
6) Mad Lazim Mutsaqqol Kalimi
Yaitu bila mad thobi’i bertemu dengan huruf yang bertasydid.
Panjangnya adalah 6 harokat (3 alif).
Contoh :
[47]
7) Mad Lazim Mukhoffaf Kalimi
Yaitu bila mad thobi’i bertemu dengan huruf sukun atau mati.
Panjangnya adalah 6 harokat (3 alif).
Contoh :
[48]

8) Mad Lazim Harfi Musyba’
Mad ini terjadi hanya pada awal surat dalam al-qur’an. Huruf mad ini ada delapan, yaitu :
Panjangnya adalah 6 harokat (3 alif)
Contoh :
[50]
9) Mad Lazim Mukhoffaf harfi
Mad ini juga terjadi hanya pada awal surat dalam al-qur’an. Huruf mad ini ada lima, yaitu :
[51]
Panjangnya adalah 2 harokat.
Contoh :
[52]

10) Mad Layyin
Mad ini terjadi bila :
huruf berbaris fathah bertemu wawu mati atau ya mati, kemudian terdapat huruf lain yg juga mempunyai baris.
Mad ini terjadi di akhir kalimat kalimat yang dibaca waqof (berhenti).
Panjang mad ini adalah 2 – 6 harokat ( 1 – 3 alif).
Contoh :
[53]
11) Mad Shilah
Mad ini terjadi pada huruh “ha” di akhir kata yang merupakan dhomir muzdakkar mufrod lilghoib (kata ganti orang ke-3 laki-laki).
Syarat yang harus ada dalam mad ini adalah bahwa huruf sebelum dan sesudah “ha” dhomir harus berbaris hidup dan bukan mati/sukun.
Mad shilah terbagi 2, yaitu :
a)      Mad Shilah Qashiroh
Terjadi bila setelah “ha” dhomir terdapat huruf selain hamzah. Dan biasanya mad ini dilambangkan dengan baris fathah tegak, kasroh tegak, atau dhommah terbalik pada huruf “ha” dhomir.
Panjangnya adalah 2 harokat (1 alif).
Contoh :
[54]

b) Mad Shilah Thowilah
Terjadi bila setelah “ha” dhomir terdapat huruf hamzah.
Panjangnya adalah 2-5 harokat (1 – 2,5  alif).
Contoh :
[55]

12) Mad Farqu
Terjadi bila mad badal bertemu dengan huruf yang bertasydid dan untuk membedakan antara kalimat istifham (pertanyaan) dengan sebuutan/berita.
Panjangnya 6 harokat.
Contoh :
[56]
13) Mad Tamkin
Terjadi bila 2 buah huruf ya bertemu dalam satu kalimat, di mana ya pertama berbaris kasroh dan bertasydid dan ya kedua berbaris sukun/mati.
Panjangnya 2 – 6 harokat (1 – 3 alif).
Contoh :
[57]
6.      HUKUM BACAAN ALIF LAM
Dalam ilmu tajwid dikenal hukum bacaan alif lam ( ال ). Hukum bacaan alim lam  ( ال) menyatakan bahwa apabila huruf alim lam ( ال ) bertemu dengan huruf-huruf hijaiyah, maka cara membaca huruf alif lam ( ال ) tersebut terbagi atas dua macam, yaitu alif lam ( ال ) syamsiyah dan alif lam ( ال ) qamariyah[58]
1.      Pengertian hukum bacaan “Al” Syamsiyah.
“Al” Syamsiyah adalah “Al” atau alif lam mati yang bertemu dengan salah satu huruf syamsiyah dan dibacanya lebur/idghom (bunyi “al’ tidak dibaca).
Huruf-huruf tersebut adalah     ت ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ل ن [59]
Ciri-ciri hukum bacaan “Al” Syamsiyah:
a. Dibacanya dileburkan/idghom
b. Ada tanda tasydid/syiddah ( ) di atas huruf yang terletak setelah alif lam mati => الـــّ
Contoh:
وَالشَّمْسِ     يَوْمُ الدِّيْنِ     وَالضُّحَى    [60]
2.      Pengertian hukum bacaan “Al” Qamariyah
“Al” Qamariyah adalah “Al” atau alif I lam mati yang bertemu dengan salah satu huruf qamariyah dan dibacanya jelas/izhar.
Huruf-huruf tersebut adalah :    ا ب ج ح خ ع غ ف ق ك م و ه [61]
Ciri-ciri hukum bacaan “Al” Qamariyah:
a. Dibacanya jelas/izhar
b. Ada tanda sukun ( ْ ) di atas huruf alif lam mati => الْ
Contoh:
اَلْهَادِى     وَالْحَمْدُ     بِاْلإِيْمَانِ    [62]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesumpulan
Ilmu  tajwid  adalah ilmu  yang mengajarkan cara bagaimana seharusnya  membunyikan atau membaca  ghuruf huruf hijaiyah ang baik  tajwid diadan sempurna .baik ketika sendirian maupun bertemu dengan huruf lain. Makhorijul huruf adalah merupakan tempat keluarnya huruf dalam melafalkan huruf al-Qur’an.
Harakat digunakan untuk mempermudah cara melapazkan huruf dalam tiap ayat Al Quran bagi seseorang yang baru belajar dan memahami atau mengenal tanda baca dalam membaca dan melapazkan alquran.
artinya berhenti di suatu kata ketika membaca Al-Qur'an, baik di akhir ayat maupun ditengah ayat yang disertai nafas. Sedangkan berhenti dengan tanpa nafas disebut saktah.

B.     Saran
Sebagai hamba allah swt, kita harus patuh dan taat terhadap perintahnya, memohon lindungan dan rahmat darinya. Kita diberi pedoman oleh allah untuk hidup dengan baik di dunia yaitunya alquran dan hadist. Dalam membaca alquran kita perlu mengetahui bagaimana cara membaca dan mengamalkan alquran dengan baik, makanya kami mmberikan sedikit gambarannya/pelajaran yaitu tentang tempat keluar huruf, tanda baca,tanda wakaf dan hokum tajwid, semoga bermanfaat bagi teman-teman sekalian dan tolong dipelajari katna ini sangat penting bagi kita semua, terutama umat muslim yang berpegang teguh pada alquran.




DAFTAR PUSTAKA
Drs.H. Bambang Imam Supeno SH. MSc,2004. Pelajaran Tajwid, penerbit Insan Amanah,Bandung.
Soenarto,Ahmad,1988. Pelajaran tajwid lengkap dan praktis. Penerbit Bintang Terang, Jakarta.
Abdullah, 1987. Pelajaran Tajwid. Penerbit “Apollo Lestari”, Surabaya.
A.Munir dkk,1994. Ilmu Tajwid Dan Seni Baca Al Qur’an . Penerbit Rineka Cipta,Surabaya.
Ismail.Tekan , 2006. Tajwid Al Qur’anul Karim , Penerbit PT Pustaka Al Husna Baru, Jakarta.
Ali ustman al-qirtosi, 2011. dasar-dasar ilmu tajwid waqof-ibtida’, Pamekasan biro taman pendidikan alquran pp. Miftahul Ulum Bettet.
Drs. H. A. Nawawi Ali,2002. Pedoman membaca alquran. Penerbit Mutiara Sumber Widya, Jakarta
dhezun-notes.blogspot.com

http://amses.blogspot.co.id/2012/02/hukum-hukum-bacaan-ilmu-tajwid.html


[2]ibid
[3] Ibid
[4] Drs.H. Bambang Imam Supeno SH. MSc,2004. Pelajaran Tajwid, penerbit Insan Amanah,Bandung h. 10
[5] Soenarto,Ahmad,1988. Pelajaran tajwid lengkap dan praktis. Penerbit Bintang Terang, Jakarta, h. 77
[6] Ibid h. 78
[7] Abdullah, 1987. Pelajaran Tajwid. Penerbit “Apollo Lestari”, Surabaya, h. 47
[8] Op.cit, h. 79
[9] Abdullah,loc.cit, h. 47
[10] Ibid, h. 49
[12]  Ibid
[13]  Ibid
[14]  Ibid
[15]  Ibid
[16]  Ibid
[17]  Ibid
[18]  Ibid
[19]  Ibid
[20]  A.Munir dkk,1994. Ilmu Tajwid Dan Seni Baca Al Qur’an . Penerbit Rineka Cipta,Surabaya. hal 84.

[21]  Ibid, h. 85
[22]  Ibid, h. 86
[23]  Ismail.Tekan , 2006. Tajwid Al Qur’anul Karim , Penerbit PT Pustaka Al Husna Baru, Jakarta, h .21

[24] Ali ustman al-qirtosi, 2011. dasar-dasar ilmu tajwid waqof-ibtida’, Pamekasan biro taman pendidikan alquran pp. Miftahul Ulum Bettet, h. 41
[25]  Loc.cit, h.21
[26]  Ibid, h.23
[27]  Soenarto.Ahmad,1988. Pelajaran tajwid praktis dan lengkap. Penerbit bintang terang, Jakarta,h. 69
[28] Ibid, h. 70
[29] Ibid
[30] Ibid
[31] Ibid, h.71
[32]  Ibid, h.72
[33]  Ibid
[35]  Ibid
[36]  dhezun-notes.blogspot.com
[37]  Drs. H. A. Nawawi Ali,2002. Pedoman membaca alquran. Penerbit Mutiara Sumber Widya, Jakarta, h. 44
[38] Loc.cit
[39]  Op.cit, h. 45
[40]  Ibid, h. 46
[41]  Ibid
[42] Ustaz Ismail Tekan ,2006. Tajwid Al Qur’anul Karim. Penerbit :PT Pustaka Al Husna Baru, Jakarta, h. 77
[43]  Ibid
[44]  Ibid
[45]  Ibid, h.78
[46]  Ibid, h.78
[47]  Ibid, h.78
[48]  Ibid, h. 79
[49]  Ibid, h. 79
[50]  Ibid, h. 79
[51]  Ibid, h. 79
[52]  Ibid, h. 79
[53]  Ibid, h. 79
[55]  Ibid
[56]  Ibid
[57] Ibid
[58] Ustadz Ismail Tekan, op.cit,h. 85
[59] Ibid, h. 86
[60] Ibid, h. 86
[61] Ibid, h. 87
[62] Ibid, h. 87

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »